Jumat, 26 Juni 2015

HORMON TYROID

HORMON TYROID
( FARMAKOLOGI )
                                                    Nama Kelompok III :
ü  Hardianti
ü  Lenny Yuantina
ü  Melly Andani
ü  Miftahul Jannah
ü  Nora Evi Andini
ü  Rika Saputri
ü  Sa’adatul Khuzaifah

STIKES WIYATA HUSADA SAMARINDA
PRODI DIII KEBIDANAN 1B
2014/2015


KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmatnya kami dapat menyelesaikan tugas farmakologi ini tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa tugas ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami selalu membuka diri untuk menerima kritik, saran atau masukan-masukan yang membangun agar makalah ini menjadi lebih sempurna.
Kami berharap tugas ini bisa bermanfaat bagi para pembaca khususnya mahasiswa STIKes Wiyata Husada Samarinda sebagaimana tujuan kami. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.







Samarinda, Juni 2015

Penyusun


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................     1
A.      Latar Belakang..............................................................................................       1
B.       Rumusan Masalah.........................................................................................       1
C.       Tujuan...........................................................................................................       1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................      3
A.      Pengertian Hormon Tiroid............................................................................       3
B.       Pembentukan Hormon Kelenjar Tiroid.........................................................       4
C.       Fungsi Hormon Tiroid..................................................................................        6
D.      Mekanisme Kerja Hormon Tiroid................................................................        8
E.       Tanda-Tanda Kelebihan & Kekurangan Hormon Tiroid..............................        10
F.        Penyakit yang Menyerang Tiroid.................................................................        13
BAB III PENUTUP...........................................................................................       23
A.      Kesimpulan...................................................................................................       23
B.       Saran.............................................................................................................       24
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Struma adalah perbesaran kelenjar tiroid yang menyebabkan pembengkakan di bagian depan leher (Dorland, 2002). Kelenjar tiroid terletak tepat dibawah laring pada kedua sisi dan sebelah anterior trakea. Tiroid menyekresikan dua hormon utama, tiroksin (T4), dan triiodotironin (T3), serta hormon kalsitonin yang mengatur metabolisme kalsium bersama dengan parathormon yang dihasilkan oleh kelenjar paratiroid (Guyton and Hall, 2007).
Kerja kelenjar tiroid ini dipengaruhi oleh kecukupan asupan iodium. Defisiensi hormon tiroid ini dapat menimbulkan gangguan tertentu yang spesifik. Cretinism, misalnya, yang ditandai dengan gangguan pertumbuhan dibawah normal disertai dengan retardasi mental merupakan akibat dari hormon tiroid yang inadekuat pada saat perkembangan janin. Kekurangan asupan yodium yang biasanya terjadi pada daerah goiter (gondok) endemis banyak terjadi karena defisiensi yodium menyebabkan hipotiroidisme sehingga mengakibatkan pembengkakan kelenjar.

B.       Rumusan Masalah
1.  Apa pengertian dari hormon tiroid?
2.  Bagaimana pembentukan hormon tiroid?
3.  Apa saja fungsi hormon tiroid?
4.  Bagaimana mekanisme kerja hormon tiroid?
5.  Bagaimana akibat kekurangan dan kelebihan hormon tiroid?
6.  Apa saja penyakit yang menyerang tiroid?

C.      Tujuan
1.  Untuk mengetahui pengertian hormon tiroid.
2.  Untuk mengetahui pembentukan hormon tiroid.
3.  Agar dapat mengetahui fungsi hormon tiroid.
4.  Agar dapat mengetahui mekanisme kerja hormon tiroid.
5.  Untuk mengetahui akibat kekurangan dan kelebihan hormon tiroid.
6.  Untuk mengetahui penyakit yang menyerang tiroid.


BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Hormon Tiroid
Hormon tiroid (bahasa Inggris: thyroid hormone, TH) adalah klasifikasi hormon yang mengacu pada turunan senyawa asam amino tirosina yang disintesis oleh kelenjar tiroid dengan menggunakan yodium. Terdapat dua jenis hormon dari klasifikasi ini yaitu tetra-iodotironina dan tri-iodotironina. Kedua jenis hormon ini mempunyai peran yang sangat vital di dalam metabolisme tubuh.
Istilah hormon tiroid juga sering digunakan untuk merujuk pada asupan senyawa organik pada terapi hormonal berupa levotikroksin, atau isoform terkait; meskipun terhadap dua hormon tiroid yang lain yaitu CT, dan PTH

Hormon tiroid merupakan pengendali utama metabolisme dan pertumbuhan dengan, deiodinasi tetra-iodotironina yang memicu respirasi pada kompleks I rantai pernapasan mitokondria,yang menjadi salah satu faktor laju metabolisme basal; dan modulasi transkripsi genetik melalui            pencerap tri-iodotironina yang terdapat pada inti sel. Pentingnya peran TH mulai dikenali pada abad ke 19 saat sebuah kasus pembesaran kelenjar tiroid dengan simtoma hipertiroidisme mengakibatkan gagal jantung, exophthalmos dan percepatan laju metabolisme basal. Studi lebih lanjut yang kemudian dilakukan, memberikan pengetahuan bahwa kedua hormon tiroid T4 dan molekulnya yang lebih reaktif, yaitu T3 mempunyai efek pleiotropik. Konversi T4 menjadi T3, pada plasma darah disebut monodeiodinasi, terjadi oleh enzim ID-I yang banyak terdapat pada hati dan ginjal, dan ID-2 yang terdapat pada otak, hipofisis dan jaringan adiposa cokelat. Kedua jenis enzim deiodinase tersebut mengandung senyawa Selenium, dengan glukokortikoid sebagai senyawa promoter.

Hormon tiroid mempengaruhi kecepatan metabolisme tubuh melalui 2 cara :
1.          Merangsang hampir setiap jaringan tubuh untuk menghasilkan                                 protein
2.          Meningkatkan jumlah oksigen yang digunakan oleh sel.

Untuk menghasilkan hormon tiroid, kelenjar tiroid memerlukan yodium, yaitu suatu eleman yang terdapat di dalam makanan dan air. Kelenjar tiroid menangkap yodium dan mengolahnya menjadi hormon tiroid. Setelah hormon tiroid digunakan, beberapa yodium di dalam hormon kembali ke kelenjar tiroid dan didaur-ulang untuk kembali menghasilkan hormon tiroid.
Tubuh memiliki mekanisme yang rumit untuk menyesuaikan kadar hormon tiroid.
Hipotalamus (terletak tepat di atas kelenjar hipofisa di otak) menghasilkan thyrotropin-releasing hormone, yang menyebabkan kelenjar hipofisa mengeluarkan thyroid-stimulating hormone (TSH). Sesuai dengan namanya, TSH ini merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid. Jika jumlah hormon tiroid dalam darah mencapai kadar tertentu, maka kelenjar hipofisa menghasilkan TSH dalam jumlah yang lebih sedikit; jika kadar hormon tiroid dalam darah berkurang, maka kelenjar hipofisa mengeluarkan lebih banyak TSH. Hal ini disebut mekanisme umpan balik.

B.       Pembentukan Hormon Kelenjar Tiroid
1.          Tirosin adalah suatu asam amino yang disintesis oleh sel – sel tubuh dalam jumlah yang cukup. Molekul – molekul tirosin yang diambil dari plasma kemudian masuk ke dalam koloid dan terikat pada molekul tiroglobulin. Tiroglobulin disintesis oleh reticulum endoplasma sel folikel yang kemudian disekresikan ke dalam koloid secara eksositosis. Hormone tiroksin yang dihasilkan adalah hasil iodinisasi molekul tirosin yang terikat pada tiroglobulin. Untuk dapat melakukan iodinisasi, diperlukan molekul iodium yang aktif.
2.          Molekul iodium aktif berasal dari iodide yang diambil melalui proses transport aktif yang memerlukan energi.

Proses pengambilan iodida secara aktif tersebut dikenal dengan proses idodida trapping. Iodide yang telah ditangkap akan dioksidasi oleh enzim peroksida menjadi iodium aktif sebelum berkonjugasi dengan gugus terminal tirosin-tiroglobulin. Proses ini menggunakan suatu simporter atau pompa iodida yang disebut simporter NA+/I- (NIS) yang mengangkut Na+ dan I- ke dalam sel melawan gradient elektrokimia untuk I.

3.          Iodinisasi tiroglobulin/organic binding
Gugus tirosin yang menempel pada tiroglobulin di dalam koloid segera mengikat molekul – molekul iodium (iodinisasi) :
1)          1 molekul iodium + tirosin-globulin à monoiodotirosin (MIT)
2)          2 molekul iodium + tirosin-tiroglobulin à diiodotirosin (DIT)
Proses iodinisasi tiroglobulin-tirosin ini dikatalisis oleh enzim peroksidase tiroid dan dapat dihambat oleh zat – zat kimia seperti tiourea dan propiltiourasil

4.          Kondensasi oksidatif
1 molekul MIT + 1 molekul DIT à 1 molekul triiodotironin (T3) + alanin
1 molekul DIT + 1 molekul MIT à 1 molekul reverse triiodotironin (rT3) + alanin
1 molekul DIT + 1 molekul DIT à 1 molekul tetraiodotironin (T4) + alanin
Sintesis hormone kelenjar tiroid di atas dirangsang oleh TSH. Dalam tiroid manusia normal, distribusi rata – rata senyawa beriodium adalah 23% MIT, 33% DIT, 35% T4, dan 7% T3. Sedangkan RT3 dan komponen lain hanya terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit.

Hormon tiroid terdapat dalam 2 bentuk:
1.          Tiroksin (T4), merupakan bentuk yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid, hanya memiliki efek yang ringan terhadap kecepatan metabolisme tubuh.
2.          Tiroksin dirubah di dalam hati dan organ lainnya ke dalam bentuk   aktif, yaitu tri-iodo-tironin (T3).
Perubahan ini menghasilkan sekitar 80% bentuk hormon aktif, sedangkan 20% sisanya dihasilkan oleh kelenjar tiroid sendiri.
Perubahan dari T4 menjadi T3 di dalam hati dan organ lainnya, dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya kebutuhan tubuh dari waktu ke waktu.
Sebagian besar T4 dan T3 terikat erat pada protein tertentu di dalam darah dan hanya aktif jika tidak terikat pada protein ini. Dengan cara ini, tubuh mempertahankan jumlah hormon tiroid yang sesuai dengan kebutuhan agar kecepatan metabolisme tetap stabil.

C.      Fungsi Hormon Tiroid
1.          Mengatur laju metabolisme tubuh. Baik T3 dan T4 kedua-duanya meningkatkan metabolisme karena peningkatan konsusmsi oksigen dan produksi panas. Efek ini pengecualian untuk otak, lien, paru-paru dan testis. Kedua hormon ini tidak berbeda dalam fungsi namun berbeda dalam intensitas dan cepatnya reaksi. T3 lebih cepat dan lebih kuat reaksinya tetapi waktunya lebih singkat dibanding dengan T4. T3 lebih sedikit jumlahnya dalam darah. T4 dapat diubah menjadi T3 setelah dilepaskan darifolikel kelenjar.
2.          Memegang peranan penting dalam pertumbuhan fetus khususnya pertumbuhan saraf dan tulang.
3.          Mempertahankan sekresi GH dan gonadotropin
4.          Efek kronotropik dan Inotropik terhadap jantung yaitu menambah kekuatan kontraksi otot dan menambah irama jantung.
5.          Merangsang penbentukan sel dalam darah.
6.          Mempengaruhi kekuatan dan ritme pernapasan sebagai komp[ensasi tubuh terhadap kebutuhan oksigen akibat metabolisme.
7.          Bereaksi terhadap antagonis insulin.
Tirokalsitonin mempuyai jaringan sasaran tulang dengan fungsi utama menurunkan kadar kalsium serum dengan menghambat reabsorpsi kalsium I tulang. Faktor utama yang mempengaruhi sekresi kalsitonin adalah kadar kalsium serum. Kadar kalsium serum rendah akan menekan pengeluaran tirokalsitonin dan sebaliknya peningkatan kalsium serum akan merangsang pengeluaran tirokalsitonin. Faktor tamabahan adalah diet kalsium dan sekresi gastrin di lambung.
Agar kelenjar tiroid berfungsi secara normal, maka berbagai faktor harus bekerjasama secara benar:
1)          hipotalamus
2)          kelenjar hipofisa
3)          hormon tiroid (ikatannya dengan protein dalam darah dan perubahan      T4 menjadi T3 di dalam hati serta organ lainnya).
²  Tiroid mengeluarkan tiga hormon penting, yaitu:
1)          Triodotironin
2)          Tiroksin
3)          Kalsitonin
Triodotironin dan Tiroksin mengatur laju metabolisme dengan cara mengalir bersama darah dan memicu sel untuk mengubah lebih banyak glukosa.
Jika Tiroid mengeluarkan terlalu sedikit Triodotironin dan Tiroksin, maka tubuh akan merasa kedinginan, letih, kulit mengering dan berat badan bertambah. Sebaliknya jika terlalu banyak, tubuh akan berkeringat, merasa gelisah, tidak bisa diam dan berat badan akan berkurang.

D.      Mekanisme Kerja Hormon Tiroid
Mekanisme Kendali yang Teliti

Saat cukup hormon tiroid telah dihasilkam, hipotalamus menghentikan pembentukan hormon pelepas tiroid.
Sebuah sistem yang sangat maju dan teratur telah diciptakan untuk mengatur jumlah tiroksin yang dilepaskan. Pelepasan tiroksin terjadi lagi sebagai hasil rantai perintah sekumpulan sel tak sadar yang disusun dalam hirarki yang amat tertib.


Saat tiroksin dilepaskan, otak sistem hormonal - hipotalamus -mengirimkan sebuah perintah (TRH, hormon pelepas tiroid) ke kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid, sebagai titik akhir rantai perintah ini, segera menanggapi dengan melepaskan tiroksin dan menyebarkannya ke seluruh tubuh melalui darah.

Saat tiroksin dibutuhkan, hipotalamus mengirimkan perintah ke kelenjar pituitari (TRH).  Kelenjar pituitari yang menerima perintah ini memahami bahwa kelenjar tiroid harus diaktifkan.  Kelenjar pituitari segera mengirimkan perintah ke kelenjar tiroid (TSH).  Sesuai dengan perintah yang diterima, kelenjar tiroid segera menghasilkan tiroksin, dan menyebarkannya ke seluruh tubuh lewat aliran darah.
Saat jumlah tiroksin dalam darah naik di atas normal, hormon tiroksin mempengaruhi kelenjar pituitari dan terkadang langsung ke hipotalamus: kelenjar ini mengurangi kepekaan kelenjar pituitari terhadap hormon TRH.
Fungsi hormon TRH adalah mengaktifkan kelenjar pituitari agar mengirimkan perintah (berbentuk hormon TSH) ke kelenjar tiroid. Perintah ini adalah titik kedua dalam rantai perintah produksi hormon tiroksin.

Sistem ini dirancang begitu rumit sehingga kelebihan tiroksin mengambil tindakan amat cerdas agar sumber-sumber yang menghasilkan hormon ini tak membuat terlalu banyak, serta campur tangan dan menghambat rantai perintah yang dibangun untuk menghasilkan dirinya. Dengan cara ini, saat tiroksin di dalam darah meningkat di atas normal, produksinya otomatis dihentikan

Empat dari Sepuluh Ribu Molekul
Jumlah tiroksin yang dilepaskan ditentukan oleh sistem menakjubkan yang telah kami gambarkan di atas. Namun, di samping semua ini, ada sistem menakjubkan lainnya yang menjaga agar jumlah tiroksin dalam darah mantap di masa genting.
Molekul tiroksin dilepaskan oleh kelenjar tiroid ke dalam darah dan harus segera menempel ke molekul yang dirancang khusus untuk mengangkutnya dalam darah. Saat menempel pada molekul ini, molekul tiroksin tak dapat menjalankan fungsinya. Dari ribuan molekul tiroksin, hanya sedikit yang beredar bebas dalam darah. Hanya sekitar empat dari sepuluh ribu molekul tiroksin yang mempengaruhi keepatan metabolisme dalam sel.

Setelah molekul tiroksin bebas memasuki sel-sel yang dituju, molekul tiroksin lainnya yang melepaskan diri dari molekul pembawanya menggantikan. Molekul-molekul pembawa bekerja sebagai tangki penyimpanan untuk memastikan bahwa tersedia cukup tiroksin bila dibutuhkan.
Kita telah melihat betapa cermat pengelolaan keseimbangan jumlah tiroksin yang dibutuhkan untuk mempengaruhi sel-sel ini dan masalah-masalah kesehatan yang timbul jika jumlah itu naik atau turun. Keseimbangan yang teliti ini melibatkan kadar empat molekul bebas dari sepuluh ribu molekul tiroksin terikat.

E.       Tanda-tanda Orang yang Kelebihan dan Kekurangan Hormon Tiroid
Hormon tiroid berfungsi menstimulasi metabolisme dari sel-sel tubuh. Tapi ada kalanya jumlah hormon ini tidak sesuai dengan yang dibutuhkan. Apa saja tanda-tanda kelebihan dan kekurangan hormon tiroid?

Tiroid adalah kelenjar yang terletak di leher bagian depan yang berbentuk seperti kupu-kupu dan seringkali mudah untuk diraba. Gangguan yang terjadi pada kelenjar ini bisa akibat ukurannya atau produksi hormonnya yang tidak seimbang.

Produksi hormon yang tidak seimbang ini bisa diakibatkan oleh kelebihan hormon tiroid (hipertiroid) atau kekurangan hormon tiroid (hipotiroid). Gangguan hormonal ini bisa terjadi seumur hidup, meski pada saat-saat tertentu kadar hormonnya bisa kembali normal tapi tidak ada yang tahu penyebab gangguan hormon tersebut muncul kembali.

Gangguan tiroid lebih banyak dialami oleh perempuan dibanding laki-laki (bisa sampai 5-7 kali lipat) dan mewakili sebagian besar penyakit endokrin atau yang berhubungan dengan hormon.

Untuk mengetahui apakah seseorang memiliki hipotiroid atau hipertiroid biasanya dilakukan tes darah dengan mengetahui jumlah dari hormon T3 (triiodothyronine), T4 (thyroxine) dan TSH (Thyroid Stimulating Hormone).

Berikut ini gejala yang muncul jika tubuh kelebihan atau justru kekurangan hormon tiroid, seperti dikutip dari Thyroid.about.com, Rabu (24/8/2011) yaitu:

Hipertiroidisme
Hipotiroidisme
Denyut jantung yg cepat
Denyut nadi yg lambat
Tekanan darah tinggi
Suara serak
Kulit lembat & berkeringat banyak
Berbicara menjadi lambat
Gemetaran
Alis mata rontok
Gelisah
Kelopak mata turun
Nafsu makan bertambah disertai penambahan berat badan
Tidak tahan cuaca dingin
Sulit tidur
Sembelit
Sering buang air besar & diare
Penambahan berat badan
Lemah
Rambut kering, tipis, kasar
Kulit diatas tulang kering menonjol & menebal
Kulit kering, bersisik, tebal, kasar
Kulit diatas tulang kering menebal & menonjol
Mata membengkak, memerah & menonjol
Sindroma terowongan karpal
Mata peka terhadap cahaya
Kebingungan
Mata seakan menatap
Depresi
Kebingungan
Demensia
Sumber detikHealth - Vera Farah Bararah























F.       Penyakit Yang Menyerang Tiroid
1.          Hipotirosis
Pada hipotirosis atau hipofungsi tiroid aktivitas kelenjar lebih rendah dari normal dan produksi hormon-hormonnya berkurang. Misalnya pada penyakit myxedema yang berciri anemia, rasa lesu, dingin & kantuk, tak mampu memprestasikan sesuatu, muka busung (udem), pucat dan berat badan meningkat, sedangkan denyut nadi diperlambat, begitu pula buang air besar kurang lancar karena peristaltik berkurang. Pada wanita seringkali suaranya menjadi agak serak dan haid lebih deras. Bila hipofungsi dimulai sedari lahir, maka terjadilah penyakit kretinisme, dimana pertumbuhan tubuh dan mental terganggu, mendekati pandir (idiot) dengan tubuh kerdil dan seringkali dengan struma (gondok) di leher karena tiroid membesar. Penyakit-penyakit ini dapat disebabkan oleh tidak adanya iod dalam air atau pangan, juga karena tubuh tidak sanggup membentuk mono- dan di-iodtiroksin atau pula tidak dapat mempersenyawakannya menjadi T3 dan T4.
Ø   Pengobatan Hipotirosis
Hormon tiroid dalam Penggunaan Klinis, penggunaan satu-satunya yang tepat dari hormon-hormon tiroid adalah pada terapi-substitusi dari hipotirosis. Biasanya digunakan serbuk organ atau tiroksin, yang mulai kerjanya lambat, setelah sejumlah hari (masa latensi) dengan efek maksimal baru tercapai setelah lebih kurang 10 hari. T3 kerjanya lebih cepat, tetapi berhubung khasiatnya yang lebih kurang 5 kali lebih kuat dan resiko efek samping yang lebih besar maka hanya digunakan pada keadaan-keadaan genting, seperti koma (pingsan), myxudema.
Pengobatannya dilakukan dengan terapi-substitusi dengan serbuk tiroid atau hormonnya.
a)          Serbuk tiroid (thyranon)
Serbuk organ diperoleh dari tiroid binatang menyusui, lasimnya domba, karena kadar hormonnya tinggi, yang telah dibebaskan dari lemak dan jaringan-jaringan pengikatnya dan kemudian dikeringkan. Serbuk ini mengandung T3 dan T4 dalam perbandingan tak tertentu, yang aktivitasnya berhubungan erat dengan kadar-iod dari serbuk. Selama resorpsi dari usus yang berlangsung perlahan, T3 & T4 dibebaskan dengan jalan enzimatis. Berhubung adanya masa latensi, maka efeknya baru nyata setelah 3 – 7 hari. Biasanya dimulai dengan dosis rendah yang berangsur-angsur dinaikkan hingga tercapai efek sampingan seperti takikardi dan kegelisahan, kemudian dosis ini dikurangi dengan 25 mg dan digunakan untuk pemeliharaan. Dosis oral pemula 12,5 – 50 mg, perlahan-lahan dinaikkan sampai 150 mg/hari. Dosis dapat diberikan sebagai single dosis pada pagi hari, tablet harus di kunyah atau dilarutkan dalam air
b)        Tiroksin (T4)
Hormon ini dibuat secara sintetis. Penggunaannya tidak ada keuntungan di atas serbuk organ (yg harganya lebih murah & kini paling banyak digunakan), kecuali dapat digunakan sebagai injeksi; resiko over-dose & eso lebih besar. Dosis oral pemula 2 – 3 kali/hari 5 – 10 mcg, yang berangsur-angsur dinaikkan sampai 60 – 100 mcg/hari.
-) Mekanisme/kerja :
Menggantikan kadar serum normal T4 dan T3 (T4 dikonversi menjadi T3 oleh deyoinasi di perifer).
-) Indikasi :
Obat pilihan untuk hipoiroid.
-) Efek tak diinginkan :
Tidak ada toksisitas pada kadar penggantian. Over dosis menyebabkan efek hipertiroid.
-) Farmakokinetik :
PO/IV. 70% diabsorpsi, aitan kerja lambat, waktu paruh = 1 minggu.
Catatan :
Pengobatan lama. Pasien jangan menghentikan terapi penggantian bila hipotiroid hilang.
Dosis oral 0,2 – 0,4 mg/hari, setelah dimulai dengan dosis rendah 0,05 – 0,1 mg/hari yg berangsur-angsur dinaikkan; ada kalanya dicampur dengan 25% liotironin untuk meniru efek serbuk tiroid. Dosis ekuivalen 0,1 mg tiroksin=50 mg serbuk tiroid=0,02 mg liotironin.
c)          Liotironin (Triidtironin T3)
Hormon ini juga dibuat secara sintetis, khasiatnya lebih kurang 5 kali lebih kuat daripada tiroksin; mulai kerjanya juga lebih cepat (setelah beberapa jam), tetapi hanya singkat. Bahaya efek sampingnya lebih tinggi, terutama infark jantung, maka hanya digunakan bila dibutuhkan kerja yg pesat dan kuat, misal pada coma myxudem.
-) Mekanisme/kerja :
Menggantikan T3.
-) Indikasi :
Digunakan pada pasien hipotiroid yang sulit mengabsorpsi levotiroksin.
-) Efek tak diinginkan :
Tidak ada toksisitas pada kadar penggantian. Over dosis menyebabkan efek hipertiroid.
-) Farmakokinetik :
PO/IV. 100% diabsorpsi, awitan kerja cepat, waktu paruh = beberapa jam.
Catatan :
Karena waktu paruh pendek, kadar serum berbeda-beda sesuai pemberian dosis.
-) Mekanisme kerja :
Menggantikan T4 dan T3
-) Indikasi :
Bila konversi T4 dan T3 rendah abnormal (koma miksedema) , liotriks dapat lebih berguna daripada levotiroksin.
-) Efek tak diinginkan :
Tidak ada toksisitas pada kadar penggantian. Over dosis menyebabkan efek hipertiroid.
-) Efek Samping
- Sama dengan hipertirosis, kecuali exoftalmus, terutama denyut-nadi pesat, rasa gelisah & sulit tidur
-   Pada pentakaran yg terlalu mendadak tinggi, dapat terjadi       angina pectoris & infark jantung; guna menghindarkan hal ini    dosis harus dimulai rendah sekali & berangsur-angsur           dinaikkan
-   Semakin keras keadaan hipotirosis, semakin besar kepekaan     organisme terhadap hormon-hormon tiroid & semakin rendah        pula hendaknya dosis awal.
2.          Hipertirosis
Pada hipertirosis/hiperfungsi tiroid justru terdapat overproduksi hormon-2 tiroid, sebagaimana halnya penyakit Basedow/Grave, gejalanya takikardi, struma dan eksoftalmus (mata menonjol keluar), meskipun kedua gejala terakhir tidak selalu Nampak. Selanjutnya tremor (tangan gemetaran) dan berkeringat, gelisah, sering buang air besar dan cair karena peristaltik diperkuat. Pada lansia seringkali gejalanya berupa kelemahan jantung : takikardi, udem, banyak berkemih, jantung & hati membesar. Sebab hipertirosis dalam kebanyakan hal adalah stimulasi tiroid oleh suatu globulin darah yang memiliki aktivitas TSH, yakni LATS (long acting thyroid stimulator). Seringkali juga disebabkan adanya banyak benjol-2 kecil dalam kelenjar (noduli) yang secara otonom membentuk hormon-hormon berkelebihan di luar pengaruh sistem hipotalamus-hipofisis. Dapat pula diakibatkan oleh pemasukan iodida atau iod selama waktu yang lama, misalnya banyak makan terlalu banyak obat batuk yang mengandung kaliumiodida atau garam dapur yang mengandung iodide.

Ø   Pengobatan Hipertirosis
Terapi ditujukan terhadap mengurangi aktivitas tiroid, yakni dengan mengeluarkan atau merusak sebagian kelenjar (operasi atau iod radio-aktif), atau dengan mengurangi produksi hormon-hormonnya dengan tiroistatika. Operasi (strumectomi) dilakukan bila struma demikian besar hingga pembuluh nadi leher atau batang tenggorok terancam dengan penyumbatan hanya sebagian tiroid dikeluarkan untuk memudahkan pembedahan, sebelumnya operasi dilakukan terapi dengan tiroistatik dan iod guna mengurangi vaskularisasi (memadatkan) kelenjar.
Senyawa-senyawa-iod radio aktif, yakni isotop-isotop iod 125, 131 atau132, setelah diserap oleh tiroid merusak sebagian jaringan dengan penyinaran radioaktif (sinar-sinar beta). Obat-obat lain adakalanya digunakan untuk mengurangi gejala-gejalanya (terutama takikardia dan kegelisahan) adalah beta-bloker propranolol, guanetidin dan reserpin, yang mengurangi efek tiroksin di jaringan-jaringan perifer dengan jalan blokade susunan saraf simpatis.
²  Antitiroid
Antitiroid atau tiroistatik adalah zat yang berkhasiat menekan produksi hormon-hormon tiroid dan digunakan pada keadaan-keadaan hiperfungsi tiroid (hipertirosis)
Secara kimia dapat dibagi dalam beberapa kelompok :
1.          Derivat-derivat tioamida yang terdiri dari derivat-tiourea         (metil- & propiltiourasil) serta derivat-tioimidazol      (karbimazol & tiamazol).
2.          Iodida (NaI & KI) yg merintangi pembebasan hormon ke dlm             da-rah; mulai kerjanya cepat tanpa masa latensi sebagai         tioamida, juga tidak mengakibatkan hiperplasia, pertumbuhan         berlebihan dari tiroid; berhubung kurang efektif, kini tak                      banyak digunakan
3.          Kalium perkelorat (KClO4) yang merintangi penangkapan        iodida dan pemadatannya oleh tiroid; meskipun kerjanya        efektif, jarang digunakan berhubung efek sampingnya         (agranulositosis)
Selain itu dikenal pula sejumlah obat lain yang dapat menyebabkan hipotirosis, antara lain PAS, fenilbutason, sulfonilurea (tolbutamid) dan garam-garam litium.
²  Iodida
Kaliumiodida adalah obat pertama yang digunakan untuk menyembuhkan struma (penyakit gondok) dan hipertirosis. Khasiat iodida terhadap tiroid adalah kompleks, dalam dosis rendah dibubuhi pada garam dapur (2 : 100.000) guna mencegah dan mengobati penyakit iod-basedow dan kretinisme. Sebaliknya dosis besar yang digunakan untuk waktu lama, misalnya dalam obat batuk pada bronchitis dapat mengakibatkan struma dan hipertirosis. Kerjanya cepat, tanpa masa latensi, tetapi tidak semua gejala dihilangkan dan setelah beberapa waktu kerapkali tidak efektif lagi, malah gejala-gejala memburuk. Maka sekarang tidak banyak digunakan lagi. Kebutuhan tubuh akan iodida ±150 mcg/hari. Dosis ; oral 2 kali sehari 60 mg kaliumiodida sebagai larutan jenuhnya atau sebagai larutan lugol
²  Propiltiourasil
Turunan dari metiltiourasil dan merupakan senyawa tioamida pertama yang digunakan sebagai tiroistatikum
a)          Nama generik : Propiltiourasil
b)          Nama dagang di Indonesia : Propiltiouracil (generik)
c)          Indikasi : hipertiroidisme
d)         Kontraindikasi : hipersensisitif terhadap Propiltiourasil, blocking replacement regimen tidak boleh diberikan pada kehamilan dan masa menyusui.
e)          Bentuk sediaan : Tablet 50 mg dan 100 mg
Dosis dan aturan pakai : untuk anak-anak 5-7 mg/kg/hari atau 150-200 mg/ m2/hari, dosis terbagi setiap 8 jam. Dosis dewasa 3000 mg/hari, dosis terbagi setiap 8 jam. untuk hipertiroidisme berat 450 mg/hari, untuk hipertiroidisme ocasional memerlukan 600-900 mg/hari; dosis pelihara 100-150 mg/hari dalam dosis terbagi setiap 8-12 jam. Dosis untuk orangtua 150-300 mg/hari (Lacy, et al, 2006)
f)           Efek samping : ruam kulit, nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan, sakit kepala, ada kecendrungan pendarahan, mual muntah, hepatitis.
g)          Mekanisme Obat: menghambat sintesis hormon tiroid dengan memhambatoksidasi dari iodin dan menghambat sintesistiroksin dan triodothyronin (Lacy, et al, 2006)
h)          Resiko khusus : .
Hati-hati penggunaan pada pasien lebih dari 40 tahun karena PTU bisa menyebabkan hipoprotrombinnemia dan pendarahan, kehamilan dan menyusui, penyakit hati.
Khasiatnya lebih kurang sama, tetapi zat ini lebih jarang menyebabkan efek sampingan alergis daripada derivat metilnya; sehingga propiltiourasil banyak digunakan

²  Karbimazol (neo-mercazol)
Turunan tiomidazol lebih kurang 10 kali kuat dari propiltiourasil, kerjanya lebih cepat dan lama
-) Indikasi : agent antitiroid
-) Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap methimazole dan wanita hamil.
-) Bentuk sediaan : tablet 5 mg, 10 mg, 20 mg
-) Dosis dan aturan pakai : untuk anak 0,4 mg/kg/hari (3 x sehari); dosis pelihara 0,2 mg/kg/hari (3 x sehari). maksimum 30 mg dalam sehari.
-) Untuk dewasa: hipertiroidisme ringan 15 mg/hari; sedang 30-40 mg/hari; hipertiroid berat 60 mg/ hari; dosis pelihara 5-15 mg/hari.
-) Efek samping : sakit kepala, vertigo, mual muntah, konstipasi, nyeri lambung, edema.
-) Resiko khusus : pada pasien diatas 40 tahun hati-hati bisa meningkatkan myelosupression, kehamilan
²  Tiamazol (metimazol)
-) Nama generik : Karbimazole
-) Nama dagang di Indonesia : Neo mecarzole (nicholas).
-) Indikasi : hipertiroidisme
-) Kontraindikasi : blocking replacement regimen tidak boleh diberikan pada kehamilan dan masa menyusui.
-) Bentuk sediaan : tablet 5 mg
-) Dosis dan aturan pakai : 30-60 mg/hari sampai dicapai eutiroid, lalu dosis diturunkan menjadi 5-20 mg/hari; biasanya terapi berlangsung 18 bulan.
Sebagai blocking replacement regimen, karbamizole 20 – 60 mg dikombinasikan dengan tiroksin 50 -150 mg.
Untuk dosis anak mulai dengan 15 mg/hari kemudian disesuaikan dengan respon.
-) Efek samping : ruam kulit, nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan, sakit kepala, ada kecendrungan pendarahan, mual muntah, leukopenia.
-) Resiko khusus : penggunaan pada pasien lebih dari 40 tahun karena PTU bisa menyebabkan hipoprotrombinemia dan pendarahan, kehamilan dan menyusui (Lacy, et al, 2006).


BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Hormon tiroid (bahasa Inggris: thyroid hormone, TH) adalah klasifikasi hormon yang mengacu pada turunan senyawa asam amino tirosina yang disintesis oleh kelenjar tiroid dengan menggunakan yodium. Terdapat dua jenis hormon dari klasifikasi ini yaitu tetra-iodotironina dan tri-iodotironina. Kedua jenis hormon ini mempunyai peran yang sangat vital di dalam metabolisme tubuh.
Istilah hormon tiroid juga sering digunakan untuk merujuk pada asupan senyawa organik pada terapi hormonal berupa levotikroksin, atau isoform terkait; meskipun terhadap dua hormon tiroid yang lain yaitu CT, dan PTH.

1.          Fungsi utama hormon tiroid adalah meningkatkan aktivitas metabolik     seluler, sebagai hormon pertumbuhan, dan mempengaruhi mekanisme    tubuh yang spesifik seperti sistem kardiovaskuler dan regulasi hormon    lain.
2.          Diagnosis hipertiroidisme mengacu pada hasil pemeriksaan TSH, FT4,    FT3, TSI, dan indeks Wayne dan indeks New Castle berdasarkan gejala   klinis yang timbul.
3.          Penyebab terjadinya hipertiroidisme adalah TSI yang mengambil alih      regulasi yang seharusnya dilaksanakan oleh TSH.]
4.          Efek samping pembedahan yang mungkin timbul bisa saja terjadi            akibat letak kedua kelenjar yang berdekatan dan fungsinya yang antagonis.
5.          Penatalaksanaan hipertiroidisme meliputi tindakan bedah dan      pemberian bahan penghambat sintesis tiroid, seperti antitiroid, penghambat ion iodida, yodium konsentrasi tinggi, dan yodium       radioaktif.

B.       Saran
1.  Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui fungsi hormone tiroid.
2.  Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan tetang mekanisme kerja                                    hormone tiroid.
3.  Mahasiswa dapat megetahui tentang pembentukan hormon tiroid


DAFTAR PUSTAKA