HORMON TYROID
(
FARMAKOLOGI )
Nama
Kelompok III :
ü Hardianti
ü Lenny Yuantina
ü Melly Andani
ü Miftahul Jannah
ü Nora Evi Andini
ü Rika Saputri
ü Sa’adatul Khuzaifah
STIKES WIYATA HUSADA
SAMARINDA
PRODI DIII KEBIDANAN 1B
2014/2015
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmatnya kami dapat menyelesaikan tugas farmakologi ini tepat pada
waktunya.
Kami menyadari bahwa tugas ini jauh dari kata
sempurna, maka dari itu kami selalu membuka diri untuk menerima kritik, saran
atau masukan-masukan yang membangun agar makalah ini menjadi lebih sempurna.
Kami berharap tugas ini bisa bermanfaat bagi
para pembaca khususnya mahasiswa STIKes Wiyata Husada Samarinda sebagaimana tujuan kami. Akhir kata kami
ucapkan terima kasih.
Samarinda, Juni 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
A.
Latar
Belakang.............................................................................................. 1
B.
Rumusan
Masalah......................................................................................... 1
C.
Tujuan........................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 3
A.
Pengertian
Hormon
Tiroid............................................................................ 3
B.
Pembentukan
Hormon Kelenjar Tiroid......................................................... 4
C.
Fungsi
Hormon
Tiroid.................................................................................. 6
D.
Mekanisme
Kerja Hormon
Tiroid................................................................ 8
E.
Tanda-Tanda
Kelebihan & Kekurangan Hormon Tiroid.............................. 10
F.
Penyakit
yang Menyerang
Tiroid................................................................. 13
BAB III PENUTUP........................................................................................... 23
A.
Kesimpulan................................................................................................... 23
B.
Saran............................................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Struma
adalah perbesaran kelenjar tiroid yang menyebabkan pembengkakan di bagian depan
leher (Dorland, 2002). Kelenjar tiroid terletak tepat dibawah laring pada kedua
sisi dan sebelah anterior trakea. Tiroid menyekresikan dua hormon utama,
tiroksin (T4), dan triiodotironin (T3), serta hormon
kalsitonin yang mengatur metabolisme kalsium bersama dengan parathormon yang
dihasilkan oleh kelenjar paratiroid (Guyton and Hall, 2007).
Kerja
kelenjar tiroid ini dipengaruhi oleh kecukupan asupan iodium. Defisiensi hormon
tiroid ini dapat menimbulkan gangguan tertentu yang spesifik. Cretinism,
misalnya, yang ditandai dengan gangguan pertumbuhan dibawah normal disertai
dengan retardasi mental merupakan akibat dari hormon tiroid yang inadekuat pada
saat perkembangan janin. Kekurangan asupan yodium yang biasanya terjadi pada
daerah goiter (gondok) endemis banyak terjadi karena defisiensi yodium
menyebabkan hipotiroidisme sehingga mengakibatkan pembengkakan kelenjar.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari hormon tiroid?
2. Bagaimana pembentukan hormon tiroid?
3. Apa saja fungsi hormon tiroid?
4. Bagaimana mekanisme kerja hormon tiroid?
5. Bagaimana akibat kekurangan dan kelebihan hormon
tiroid?
6. Apa saja penyakit yang menyerang tiroid?
C.
Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian hormon tiroid.
2. Untuk mengetahui pembentukan hormon tiroid.
3. Agar dapat mengetahui fungsi hormon tiroid.
4. Agar dapat mengetahui mekanisme kerja hormon
tiroid.
5. Untuk mengetahui akibat kekurangan dan kelebihan
hormon tiroid.
6. Untuk mengetahui penyakit yang menyerang tiroid.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Hormon Tiroid

Istilah hormon tiroid juga sering digunakan untuk merujuk pada asupan
senyawa organik pada terapi hormonal berupa levotikroksin, atau isoform
terkait; meskipun terhadap dua hormon tiroid yang lain yaitu CT, dan PTH
Hormon tiroid merupakan pengendali utama metabolisme dan pertumbuhan
dengan, deiodinasi tetra-iodotironina yang
memicu respirasi pada kompleks I rantai pernapasan mitokondria,yang menjadi
salah satu faktor laju metabolisme basal; dan modulasi transkripsi genetik melalui pencerap tri-iodotironina yang terdapat pada inti sel. Pentingnya peran TH mulai dikenali pada abad ke 19 saat sebuah kasus
pembesaran kelenjar tiroid dengan simtoma hipertiroidisme mengakibatkan gagal
jantung, exophthalmos dan percepatan laju metabolisme basal. Studi lebih lanjut
yang kemudian dilakukan, memberikan pengetahuan bahwa kedua hormon tiroid T4
dan molekulnya yang lebih reaktif, yaitu T3 mempunyai efek pleiotropik.
Konversi T4 menjadi T3, pada plasma darah disebut monodeiodinasi, terjadi oleh
enzim ID-I yang banyak terdapat pada hati dan ginjal, dan ID-2 yang terdapat
pada otak, hipofisis dan jaringan adiposa cokelat. Kedua jenis enzim deiodinase
tersebut mengandung senyawa Selenium, dengan glukokortikoid sebagai senyawa
promoter.
Hormon tiroid mempengaruhi kecepatan metabolisme tubuh melalui 2 cara :
1.
Merangsang hampir setiap jaringan tubuh untuk menghasilkan protein
2.
Meningkatkan jumlah oksigen yang digunakan oleh sel.
Untuk menghasilkan hormon tiroid, kelenjar tiroid memerlukan yodium, yaitu
suatu eleman yang terdapat di dalam makanan dan air. Kelenjar tiroid menangkap yodium
dan mengolahnya menjadi hormon tiroid. Setelah hormon tiroid digunakan,
beberapa yodium di dalam hormon kembali ke kelenjar tiroid dan didaur-ulang
untuk kembali menghasilkan hormon tiroid.
Tubuh memiliki mekanisme yang rumit untuk menyesuaikan kadar hormon
tiroid.
Hipotalamus (terletak tepat di atas kelenjar hipofisa di otak)
menghasilkan thyrotropin-releasing hormone, yang menyebabkan kelenjar hipofisa
mengeluarkan thyroid-stimulating hormone (TSH). Sesuai dengan namanya, TSH ini
merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid. Jika jumlah hormon
tiroid dalam darah mencapai kadar tertentu, maka kelenjar hipofisa menghasilkan
TSH dalam jumlah yang lebih sedikit; jika kadar hormon tiroid dalam darah
berkurang, maka kelenjar hipofisa mengeluarkan lebih banyak TSH. Hal ini
disebut mekanisme umpan balik.
B.
Pembentukan Hormon Kelenjar Tiroid
1.
Tirosin adalah suatu asam amino yang disintesis oleh sel – sel tubuh dalam
jumlah yang cukup. Molekul – molekul tirosin yang diambil dari plasma kemudian
masuk ke dalam koloid dan terikat pada molekul tiroglobulin. Tiroglobulin
disintesis oleh reticulum endoplasma sel folikel yang kemudian disekresikan ke
dalam koloid secara eksositosis. Hormone tiroksin yang dihasilkan adalah hasil
iodinisasi molekul tirosin yang terikat pada tiroglobulin. Untuk dapat
melakukan iodinisasi, diperlukan molekul iodium yang aktif.
2.
Molekul iodium aktif berasal dari iodide yang diambil melalui proses
transport aktif yang memerlukan energi.
Proses
pengambilan iodida secara aktif tersebut dikenal dengan proses idodida
trapping. Iodide yang telah ditangkap akan dioksidasi oleh enzim peroksida
menjadi iodium aktif sebelum berkonjugasi dengan gugus terminal
tirosin-tiroglobulin. Proses ini menggunakan suatu simporter atau pompa iodida
yang disebut simporter NA+/I- (NIS) yang mengangkut Na+ dan I- ke dalam sel
melawan gradient elektrokimia untuk I.
3.
Iodinisasi tiroglobulin/organic binding
Gugus tirosin
yang menempel pada tiroglobulin di dalam koloid segera mengikat molekul –
molekul iodium (iodinisasi) :
1)
1 molekul iodium + tirosin-globulin à monoiodotirosin (MIT)
2)
2 molekul iodium + tirosin-tiroglobulin à diiodotirosin (DIT)
Proses
iodinisasi tiroglobulin-tirosin ini dikatalisis oleh enzim peroksidase tiroid
dan dapat dihambat oleh zat – zat kimia seperti tiourea dan propiltiourasil
4.
Kondensasi oksidatif
1 molekul MIT +
1 molekul DIT à 1 molekul triiodotironin (T3) + alanin
1 molekul DIT +
1 molekul MIT à 1 molekul reverse triiodotironin (rT3) + alanin
1 molekul DIT +
1 molekul DIT à 1 molekul tetraiodotironin (T4) + alanin
Sintesis
hormone kelenjar tiroid di atas dirangsang oleh TSH. Dalam tiroid manusia
normal, distribusi rata – rata senyawa beriodium adalah 23% MIT, 33% DIT, 35%
T4, dan 7% T3. Sedangkan RT3 dan komponen lain hanya terdapat dalam jumlah yang
sangat sedikit.
Hormon tiroid
terdapat dalam 2 bentuk:
1.
Tiroksin (T4), merupakan bentuk yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid,
hanya memiliki efek yang ringan terhadap kecepatan metabolisme tubuh.
2.
Tiroksin dirubah di dalam hati dan organ lainnya ke dalam bentuk aktif, yaitu tri-iodo-tironin (T3).

Perubahan dari
T4 menjadi T3 di dalam hati dan organ lainnya, dipengaruhi oleh berbagai
faktor, diantaranya kebutuhan tubuh dari waktu ke waktu.
Sebagian besar
T4 dan T3 terikat erat pada protein tertentu di dalam darah dan hanya aktif
jika tidak terikat pada protein ini. Dengan cara ini, tubuh mempertahankan
jumlah hormon tiroid yang sesuai dengan kebutuhan agar kecepatan metabolisme
tetap stabil.
C.
Fungsi Hormon Tiroid
1.
Mengatur laju metabolisme tubuh. Baik T3
dan T4 kedua-duanya meningkatkan metabolisme karena peningkatan konsusmsi
oksigen dan produksi panas. Efek ini pengecualian untuk otak, lien, paru-paru
dan testis. Kedua hormon ini tidak berbeda dalam fungsi namun berbeda dalam
intensitas dan cepatnya reaksi. T3 lebih cepat dan lebih kuat reaksinya tetapi
waktunya lebih singkat dibanding dengan T4. T3 lebih sedikit jumlahnya dalam
darah. T4 dapat diubah menjadi T3 setelah dilepaskan darifolikel kelenjar.
2.
Memegang peranan penting dalam
pertumbuhan fetus khususnya pertumbuhan saraf dan tulang.
3.
Mempertahankan sekresi GH dan
gonadotropin
4.
Efek kronotropik dan Inotropik terhadap
jantung yaitu menambah kekuatan kontraksi otot dan menambah irama jantung.
5.
Merangsang penbentukan sel dalam darah.
6.
Mempengaruhi kekuatan dan ritme
pernapasan sebagai komp[ensasi tubuh terhadap kebutuhan oksigen akibat
metabolisme.
7.
Bereaksi terhadap antagonis insulin.
Tirokalsitonin mempuyai jaringan
sasaran tulang dengan fungsi utama menurunkan kadar kalsium serum dengan
menghambat reabsorpsi kalsium I tulang. Faktor utama yang mempengaruhi sekresi
kalsitonin adalah kadar kalsium serum. Kadar kalsium serum rendah akan menekan
pengeluaran tirokalsitonin dan sebaliknya peningkatan kalsium serum akan
merangsang pengeluaran tirokalsitonin. Faktor tamabahan adalah diet kalsium dan
sekresi gastrin di lambung.
Agar kelenjar
tiroid berfungsi secara normal, maka berbagai faktor harus bekerjasama secara
benar:
1)
hipotalamus
2)
kelenjar hipofisa
3)
hormon tiroid (ikatannya dengan protein dalam darah dan perubahan T4 menjadi T3 di dalam hati serta organ lainnya).
² Tiroid mengeluarkan tiga hormon penting, yaitu:
1)
Triodotironin
2)
Tiroksin
3)
Kalsitonin
Triodotironin dan Tiroksin mengatur laju metabolisme dengan cara mengalir
bersama darah dan memicu sel untuk mengubah lebih banyak glukosa.
Jika Tiroid mengeluarkan terlalu sedikit Triodotironin dan Tiroksin, maka
tubuh akan merasa kedinginan, letih, kulit mengering dan berat badan bertambah.
Sebaliknya jika terlalu banyak, tubuh akan berkeringat, merasa gelisah, tidak
bisa diam dan berat badan akan berkurang.
D.
Mekanisme Kerja Hormon Tiroid
Mekanisme Kendali yang Teliti
|
Saat
cukup hormon tiroid telah dihasilkam, hipotalamus menghentikan pembentukan
hormon pelepas tiroid.
|
Sebuah sistem yang sangat maju dan teratur telah diciptakan untuk mengatur
jumlah tiroksin yang dilepaskan. Pelepasan tiroksin terjadi lagi sebagai hasil rantai
perintah sekumpulan sel tak sadar yang disusun dalam hirarki yang amat tertib.

Saat tiroksin dibutuhkan,
hipotalamus mengirimkan perintah ke kelenjar pituitari (TRH). Kelenjar pituitari yang menerima perintah ini
memahami bahwa kelenjar tiroid harus diaktifkan. Kelenjar pituitari segera mengirimkan
perintah ke kelenjar tiroid (TSH).
Sesuai dengan perintah yang diterima, kelenjar tiroid segera
menghasilkan tiroksin, dan menyebarkannya ke seluruh tubuh lewat aliran darah.
Saat jumlah tiroksin dalam darah
naik di atas normal, hormon tiroksin mempengaruhi kelenjar pituitari dan
terkadang langsung ke hipotalamus: kelenjar ini mengurangi kepekaan kelenjar
pituitari terhadap hormon TRH.
Fungsi hormon TRH adalah mengaktifkan
kelenjar pituitari agar mengirimkan perintah (berbentuk hormon TSH) ke kelenjar
tiroid. Perintah ini adalah titik kedua dalam rantai perintah produksi hormon
tiroksin.
Sistem ini dirancang begitu rumit
sehingga kelebihan tiroksin mengambil tindakan amat cerdas agar sumber-sumber
yang menghasilkan hormon ini tak membuat terlalu banyak, serta campur tangan
dan menghambat rantai perintah yang dibangun untuk menghasilkan dirinya. Dengan
cara ini, saat tiroksin di dalam darah meningkat di atas normal, produksinya
otomatis dihentikan
Empat dari Sepuluh Ribu Molekul
Jumlah tiroksin yang dilepaskan
ditentukan oleh sistem menakjubkan yang telah kami gambarkan di atas. Namun, di
samping semua ini, ada sistem menakjubkan lainnya yang menjaga agar jumlah tiroksin
dalam darah mantap di masa genting.
Molekul tiroksin dilepaskan oleh
kelenjar tiroid ke dalam darah dan harus segera menempel ke molekul yang
dirancang khusus untuk mengangkutnya dalam darah. Saat menempel pada molekul
ini, molekul tiroksin tak dapat menjalankan fungsinya. Dari ribuan molekul
tiroksin, hanya sedikit yang beredar bebas dalam darah. Hanya sekitar empat
dari sepuluh ribu molekul tiroksin yang mempengaruhi keepatan metabolisme dalam
sel.
Setelah molekul tiroksin bebas
memasuki sel-sel yang dituju, molekul tiroksin lainnya yang melepaskan diri
dari molekul pembawanya menggantikan. Molekul-molekul pembawa bekerja sebagai
tangki penyimpanan untuk memastikan bahwa tersedia cukup tiroksin bila dibutuhkan.
Kita telah melihat betapa cermat
pengelolaan keseimbangan jumlah tiroksin yang dibutuhkan untuk mempengaruhi
sel-sel ini dan masalah-masalah kesehatan yang timbul jika jumlah itu naik atau
turun. Keseimbangan yang teliti ini melibatkan kadar empat molekul bebas dari
sepuluh ribu molekul tiroksin terikat.
E.
Tanda-tanda Orang yang Kelebihan dan Kekurangan Hormon
Tiroid
Hormon tiroid berfungsi menstimulasi metabolisme dari sel-sel tubuh. Tapi
ada kalanya jumlah hormon ini tidak sesuai dengan yang dibutuhkan. Apa saja
tanda-tanda kelebihan dan kekurangan hormon tiroid?
Tiroid adalah kelenjar yang terletak di leher bagian depan yang berbentuk
seperti kupu-kupu dan seringkali mudah untuk diraba. Gangguan yang terjadi pada
kelenjar ini bisa akibat ukurannya atau produksi hormonnya yang tidak seimbang.
Produksi hormon yang tidak seimbang ini bisa diakibatkan oleh kelebihan
hormon tiroid (hipertiroid) atau kekurangan hormon tiroid (hipotiroid).
Gangguan hormonal ini bisa terjadi seumur hidup, meski pada saat-saat tertentu
kadar hormonnya bisa kembali normal tapi tidak ada yang tahu penyebab gangguan
hormon tersebut muncul kembali.
Gangguan tiroid lebih banyak dialami oleh perempuan dibanding laki-laki
(bisa sampai 5-7 kali lipat) dan mewakili sebagian besar penyakit endokrin atau
yang berhubungan dengan hormon.
Untuk mengetahui apakah seseorang memiliki hipotiroid atau hipertiroid
biasanya dilakukan tes darah dengan mengetahui jumlah dari hormon T3
(triiodothyronine), T4 (thyroxine) dan TSH (Thyroid Stimulating Hormone).
Berikut ini gejala yang muncul jika tubuh kelebihan atau justru kekurangan
hormon tiroid, seperti dikutip dari Thyroid.about.com, Rabu (24/8/2011) yaitu:
Hipertiroidisme
|
Hipotiroidisme
|
Denyut jantung yg cepat
|
Denyut nadi yg lambat
|
Tekanan darah tinggi
|
Suara serak
|
Kulit lembat & berkeringat banyak
|
Berbicara menjadi lambat
|
Gemetaran
|
Alis mata rontok
|
Gelisah
|
Kelopak mata turun
|
Nafsu
makan bertambah disertai penambahan berat badan
|
Tidak tahan cuaca dingin
|
Sulit tidur
|
Sembelit
|
Sering buang air besar & diare
|
Penambahan berat badan
|
Lemah
|
Rambut kering, tipis, kasar
|
Kulit
diatas tulang kering menonjol & menebal
|
Kulit
kering, bersisik, tebal, kasar
Kulit diatas tulang kering menebal & menonjol |
Mata
membengkak, memerah & menonjol
|
Sindroma terowongan karpal
|
Mata peka terhadap cahaya
|
Kebingungan
|
Mata seakan menatap
|
Depresi
|
Kebingungan
|
Demensia
|
Sumber detikHealth - Vera Farah Bararah
F.
Penyakit Yang Menyerang Tiroid
1.
Hipotirosis
Pada hipotirosis atau hipofungsi
tiroid aktivitas kelenjar lebih rendah dari normal dan produksi
hormon-hormonnya berkurang. Misalnya pada penyakit myxedema yang berciri anemia, rasa lesu, dingin & kantuk, tak
mampu memprestasikan sesuatu, muka busung (udem), pucat dan berat badan
meningkat, sedangkan denyut nadi diperlambat, begitu pula buang air besar
kurang lancar karena peristaltik berkurang. Pada wanita seringkali suaranya
menjadi agak serak dan haid lebih deras. Bila hipofungsi dimulai sedari lahir,
maka terjadilah penyakit kretinisme, dimana pertumbuhan tubuh dan mental
terganggu, mendekati pandir (idiot) dengan tubuh kerdil dan seringkali dengan
struma (gondok) di leher karena tiroid membesar. Penyakit-penyakit ini dapat
disebabkan oleh tidak adanya iod dalam air atau pangan, juga karena tubuh tidak
sanggup membentuk mono- dan di-iodtiroksin atau pula tidak dapat
mempersenyawakannya menjadi T3 dan T4.
Ø Pengobatan Hipotirosis
Hormon tiroid dalam Penggunaan Klinis,
penggunaan satu-satunya yang tepat dari hormon-hormon tiroid adalah pada
terapi-substitusi dari hipotirosis. Biasanya digunakan serbuk organ atau
tiroksin, yang mulai kerjanya lambat, setelah sejumlah hari (masa latensi)
dengan efek maksimal baru tercapai setelah lebih kurang 10 hari. T3 kerjanya
lebih cepat, tetapi berhubung khasiatnya yang lebih kurang 5 kali lebih kuat
dan resiko efek samping yang lebih besar maka hanya digunakan pada
keadaan-keadaan genting, seperti koma (pingsan), myxudema.
Pengobatannya dilakukan dengan
terapi-substitusi dengan serbuk tiroid atau hormonnya.
a)
Serbuk tiroid (thyranon)
Serbuk organ
diperoleh dari tiroid binatang menyusui, lasimnya domba, karena kadar hormonnya
tinggi, yang telah dibebaskan dari lemak dan jaringan-jaringan pengikatnya dan
kemudian dikeringkan. Serbuk ini mengandung T3 dan T4 dalam perbandingan tak
tertentu, yang aktivitasnya berhubungan erat dengan kadar-iod dari serbuk.
Selama resorpsi dari usus yang berlangsung perlahan, T3 & T4 dibebaskan
dengan jalan enzimatis. Berhubung adanya masa latensi, maka efeknya baru nyata
setelah 3 – 7 hari. Biasanya dimulai dengan dosis rendah yang berangsur-angsur
dinaikkan hingga tercapai efek sampingan seperti takikardi dan kegelisahan,
kemudian dosis ini dikurangi dengan 25 mg dan digunakan untuk pemeliharaan.
Dosis oral pemula 12,5 – 50 mg, perlahan-lahan dinaikkan sampai 150 mg/hari.
Dosis dapat diberikan sebagai single dosis pada pagi hari, tablet harus di
kunyah atau dilarutkan dalam air
b)
Tiroksin (T4)
Hormon
ini dibuat secara sintetis. Penggunaannya tidak ada keuntungan di atas serbuk
organ (yg harganya lebih murah & kini paling banyak digunakan), kecuali
dapat digunakan sebagai injeksi; resiko over-dose & eso lebih besar. Dosis
oral pemula 2 – 3 kali/hari 5 – 10 mcg, yang berangsur-angsur dinaikkan sampai
60 – 100 mcg/hari.
-) Mekanisme/kerja :
Menggantikan kadar serum normal T4
dan T3 (T4 dikonversi menjadi T3 oleh
deyoinasi di perifer).
-) Indikasi :
Obat
pilihan untuk hipoiroid.
-) Efek tak diinginkan :
Tidak
ada toksisitas pada kadar penggantian. Over dosis menyebabkan efek hipertiroid.
-) Farmakokinetik :
PO/IV.
70% diabsorpsi, aitan kerja lambat, waktu paruh = 1 minggu.
Catatan :
Pengobatan
lama. Pasien jangan menghentikan terapi penggantian bila hipotiroid hilang.
Dosis oral 0,2 – 0,4 mg/hari, setelah dimulai dengan dosis
rendah 0,05 – 0,1 mg/hari yg berangsur-angsur dinaikkan; ada kalanya dicampur
dengan 25% liotironin untuk meniru efek serbuk tiroid. Dosis ekuivalen 0,1 mg
tiroksin=50 mg serbuk tiroid=0,02 mg liotironin.
c)
Liotironin
(Triidtironin T3)
Hormon ini juga dibuat secara
sintetis, khasiatnya lebih kurang 5 kali lebih kuat daripada tiroksin; mulai
kerjanya juga lebih cepat (setelah beberapa jam), tetapi hanya singkat. Bahaya
efek sampingnya lebih tinggi, terutama infark jantung, maka hanya digunakan
bila dibutuhkan kerja yg pesat dan kuat, misal pada coma myxudem.
-) Mekanisme/kerja :
Menggantikan T3.
-) Indikasi :
Digunakan pada pasien hipotiroid yang sulit
mengabsorpsi levotiroksin.
-) Efek tak diinginkan :
Tidak ada toksisitas pada kadar penggantian. Over
dosis menyebabkan efek hipertiroid.
-) Farmakokinetik :
PO/IV. 100% diabsorpsi, awitan kerja cepat, waktu
paruh = beberapa jam.
Catatan :
Karena waktu paruh pendek, kadar serum
berbeda-beda sesuai pemberian dosis.
-) Mekanisme kerja :
Menggantikan T4 dan T3
-) Indikasi :
Bila konversi T4 dan T3
rendah abnormal (koma miksedema) , liotriks dapat lebih berguna daripada
levotiroksin.
-) Efek tak diinginkan :
Tidak ada toksisitas pada kadar penggantian. Over
dosis menyebabkan efek hipertiroid.
-) Efek Samping
- Sama dengan hipertirosis, kecuali
exoftalmus, terutama denyut-nadi pesat, rasa gelisah &
sulit tidur
- Pada
pentakaran yg terlalu mendadak tinggi, dapat terjadi angina pectoris & infark jantung; guna
menghindarkan hal ini dosis harus dimulai rendah sekali
& berangsur-angsur dinaikkan
- Semakin
keras keadaan hipotirosis, semakin besar kepekaan organisme
terhadap hormon-hormon tiroid & semakin rendah pula
hendaknya dosis awal.
2.
Hipertirosis
Pada
hipertirosis/hiperfungsi tiroid justru terdapat overproduksi hormon-2 tiroid,
sebagaimana halnya penyakit Basedow/Grave, gejalanya takikardi, struma dan
eksoftalmus (mata menonjol keluar), meskipun kedua gejala terakhir tidak selalu
Nampak. Selanjutnya tremor (tangan gemetaran) dan berkeringat, gelisah, sering
buang air besar dan cair karena peristaltik diperkuat. Pada lansia seringkali
gejalanya berupa kelemahan jantung : takikardi, udem, banyak berkemih, jantung
& hati membesar. Sebab hipertirosis dalam kebanyakan hal adalah stimulasi
tiroid oleh suatu globulin darah yang memiliki aktivitas TSH, yakni LATS (long
acting thyroid stimulator). Seringkali juga disebabkan adanya banyak benjol-2
kecil dalam kelenjar (noduli) yang secara otonom membentuk hormon-hormon
berkelebihan di luar pengaruh sistem hipotalamus-hipofisis. Dapat pula diakibatkan
oleh pemasukan iodida atau iod selama waktu yang lama, misalnya banyak makan
terlalu banyak obat batuk yang mengandung kaliumiodida atau garam dapur yang
mengandung iodide.
Ø
Pengobatan Hipertirosis
Terapi ditujukan terhadap
mengurangi aktivitas tiroid, yakni dengan mengeluarkan atau merusak sebagian
kelenjar (operasi atau iod radio-aktif), atau dengan mengurangi produksi
hormon-hormonnya dengan tiroistatika. Operasi (strumectomi) dilakukan bila
struma demikian besar hingga pembuluh nadi leher atau batang tenggorok terancam
dengan penyumbatan hanya sebagian tiroid dikeluarkan untuk memudahkan
pembedahan, sebelumnya operasi dilakukan terapi dengan tiroistatik dan iod guna
mengurangi vaskularisasi (memadatkan) kelenjar.
Senyawa-senyawa-iod
radio aktif, yakni isotop-isotop iod 125, 131 atau132, setelah diserap oleh
tiroid merusak sebagian jaringan dengan penyinaran radioaktif (sinar-sinar
beta). Obat-obat lain adakalanya digunakan untuk mengurangi gejala-gejalanya
(terutama takikardia dan kegelisahan) adalah beta-bloker propranolol,
guanetidin dan reserpin, yang mengurangi efek tiroksin di jaringan-jaringan
perifer dengan jalan blokade susunan saraf simpatis.
²
Antitiroid
Antitiroid
atau tiroistatik adalah zat yang berkhasiat menekan produksi hormon-hormon tiroid
dan digunakan pada keadaan-keadaan hiperfungsi tiroid (hipertirosis)
Secara kimia dapat dibagi dalam
beberapa kelompok :
1.
Derivat-derivat tioamida yang terdiri dari
derivat-tiourea (metil- & propiltiourasil)
serta derivat-tioimidazol (karbimazol & tiamazol).
2.
Iodida (NaI & KI) yg merintangi pembebasan
hormon ke dlm da-rah; mulai kerjanya cepat
tanpa masa latensi sebagai tioamida, juga tidak
mengakibatkan hiperplasia, pertumbuhan berlebihan dari tiroid;
berhubung kurang efektif, kini tak banyak digunakan
3.
Kalium perkelorat (KClO4) yang
merintangi penangkapan iodida dan pemadatannya oleh
tiroid; meskipun kerjanya efektif, jarang digunakan
berhubung efek sampingnya (agranulositosis)
Selain itu dikenal pula sejumlah obat lain yang dapat
menyebabkan hipotirosis, antara lain PAS, fenilbutason, sulfonilurea
(tolbutamid) dan garam-garam litium.
² Iodida
Kaliumiodida
adalah obat pertama yang digunakan untuk menyembuhkan struma (penyakit gondok)
dan hipertirosis. Khasiat iodida terhadap tiroid adalah kompleks, dalam dosis
rendah dibubuhi pada garam dapur (2 : 100.000) guna mencegah dan mengobati
penyakit iod-basedow dan kretinisme. Sebaliknya dosis besar yang digunakan
untuk waktu lama, misalnya dalam obat batuk pada bronchitis dapat mengakibatkan
struma dan hipertirosis. Kerjanya cepat, tanpa masa latensi, tetapi tidak semua
gejala dihilangkan dan setelah beberapa waktu kerapkali tidak efektif lagi,
malah gejala-gejala memburuk. Maka sekarang tidak banyak digunakan lagi.
Kebutuhan tubuh akan iodida ±150 mcg/hari. Dosis ; oral 2 kali sehari 60 mg
kaliumiodida sebagai larutan jenuhnya atau sebagai larutan lugol
² Propiltiourasil
Turunan dari metiltiourasil dan merupakan senyawa
tioamida pertama yang digunakan sebagai tiroistatikum
a)
Nama
generik : Propiltiourasil
b)
Nama
dagang di Indonesia : Propiltiouracil (generik)
c)
Indikasi
: hipertiroidisme
d)
Kontraindikasi
: hipersensisitif terhadap Propiltiourasil, blocking replacement regimen tidak
boleh diberikan pada kehamilan dan masa menyusui.
e)
Bentuk
sediaan : Tablet 50 mg dan 100 mg
Dosis dan aturan pakai : untuk anak-anak
5-7 mg/kg/hari atau 150-200 mg/ m2/hari, dosis terbagi setiap 8 jam.
Dosis dewasa 3000 mg/hari, dosis terbagi setiap 8 jam. untuk hipertiroidisme
berat 450 mg/hari, untuk hipertiroidisme ocasional
memerlukan 600-900 mg/hari; dosis pelihara 100-150 mg/hari dalam dosis terbagi
setiap 8-12 jam. Dosis untuk orangtua 150-300 mg/hari (Lacy, et al, 2006)
f)
Efek
samping : ruam kulit, nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan, sakit kepala, ada
kecendrungan pendarahan, mual muntah, hepatitis.
g)
Mekanisme
Obat: menghambat sintesis hormon tiroid dengan memhambatoksidasi dari iodin dan
menghambat sintesistiroksin dan triodothyronin (Lacy, et al, 2006)
h)
Resiko
khusus : .
Hati-hati
penggunaan pada pasien lebih dari 40 tahun karena PTU bisa menyebabkan
hipoprotrombinnemia dan pendarahan, kehamilan dan menyusui, penyakit hati.
Khasiatnya lebih kurang sama, tetapi zat ini lebih jarang
menyebabkan efek sampingan alergis daripada derivat metilnya; sehingga
propiltiourasil banyak digunakan
² Karbimazol
(neo-mercazol)
Turunan
tiomidazol lebih kurang 10 kali kuat dari propiltiourasil, kerjanya lebih cepat
dan lama
-) Indikasi : agent antitiroid
-) Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap methimazole dan wanita
hamil.
-) Bentuk sediaan : tablet 5 mg, 10 mg, 20 mg
-) Dosis dan aturan pakai : untuk anak 0,4 mg/kg/hari (3 x sehari); dosis
pelihara 0,2 mg/kg/hari (3 x sehari). maksimum 30 mg dalam sehari.
-) Untuk dewasa: hipertiroidisme ringan 15 mg/hari; sedang 30-40
mg/hari; hipertiroid berat 60 mg/ hari; dosis pelihara 5-15 mg/hari.
-) Efek samping : sakit kepala, vertigo, mual muntah, konstipasi,
nyeri lambung, edema.
-) Resiko khusus : pada pasien diatas 40 tahun hati-hati bisa
meningkatkan myelosupression, kehamilan
² Tiamazol (metimazol)
-) Nama generik : Karbimazole
-) Nama dagang di Indonesia : Neo mecarzole (nicholas).
-) Indikasi : hipertiroidisme
-) Kontraindikasi : blocking
replacement regimen tidak boleh diberikan pada kehamilan dan masa menyusui.
-) Bentuk sediaan : tablet 5 mg
-) Dosis dan aturan pakai : 30-60 mg/hari sampai dicapai eutiroid, lalu
dosis diturunkan menjadi 5-20 mg/hari; biasanya terapi berlangsung 18 bulan.
Sebagai blocking replacement regimen,
karbamizole 20 – 60 mg dikombinasikan dengan tiroksin 50 -150 mg.
Untuk dosis anak mulai dengan 15 mg/hari kemudian disesuaikan dengan
respon.
-) Efek samping : ruam kulit, nyeri sendi, demam, nyeri
tenggorokan, sakit kepala, ada kecendrungan pendarahan, mual muntah,
leukopenia.
-) Resiko khusus : penggunaan pada pasien lebih dari 40 tahun
karena PTU bisa menyebabkan hipoprotrombinemia dan pendarahan, kehamilan dan
menyusui (Lacy, et al, 2006).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Hormon tiroid (bahasa Inggris: thyroid hormone, TH) adalah klasifikasi
hormon yang mengacu pada turunan senyawa asam amino tirosina yang disintesis
oleh kelenjar tiroid dengan menggunakan yodium. Terdapat dua jenis hormon dari
klasifikasi ini yaitu tetra-iodotironina dan tri-iodotironina. Kedua jenis
hormon ini mempunyai peran yang sangat vital di dalam metabolisme tubuh.
Istilah hormon tiroid juga sering digunakan untuk merujuk pada asupan
senyawa organik pada terapi hormonal berupa levotikroksin, atau isoform
terkait; meskipun terhadap dua hormon tiroid yang lain yaitu CT, dan PTH.
1.
Fungsi utama hormon tiroid adalah meningkatkan
aktivitas metabolik seluler, sebagai
hormon pertumbuhan, dan mempengaruhi mekanisme tubuh
yang spesifik seperti sistem kardiovaskuler dan regulasi hormon lain.
2.
Diagnosis hipertiroidisme mengacu pada hasil
pemeriksaan TSH, FT4, FT3, TSI, dan
indeks Wayne dan indeks New Castle berdasarkan gejala klinis yang timbul.
3.
Penyebab terjadinya hipertiroidisme adalah TSI
yang mengambil alih regulasi yang
seharusnya dilaksanakan oleh TSH.]
4.
Efek samping pembedahan yang mungkin timbul bisa
saja terjadi akibat letak kedua
kelenjar yang berdekatan dan fungsinya yang antagonis.
5.
Penatalaksanaan hipertiroidisme meliputi tindakan
bedah dan pemberian bahan penghambat
sintesis tiroid, seperti antitiroid, penghambat
ion iodida, yodium konsentrasi tinggi, dan yodium radioaktif.
B. Saran
1. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui fungsi hormone
tiroid.
2. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan tetang mekanisme
kerja hormone tiroid.
3. Mahasiswa dapat megetahui tentang pembentukan hormon tiroid
DAFTAR PUSTAKA